Bacaan dan Renungan Harian Katolik 30 Mei 2025
Bacaan dan Renungan 30 Mei 2025
fransiskus.S
5/29/20252 min read


Bacaan Injil
Yohanes 16:20-23a
Tidak ada seorang pun yang merampas kegembiraanmu itu dari pada
P. Inilah Injil Suci Menu rut Yohahes
U. Terpujilah Kristus
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira, dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa pada-Ku.
P. Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Hidup ini tidak lepas dari luka, tangisan, dan kehilangan. Kita semua pernah merasakannya—masa-masa ketika hati terasa hampa, harapan seolah-olah memudar, dan dunia di sekitar tampak berjalan tanpa peduli. Dalam momen seperti itu, kata-kata Yesus dalam Yohanes 16:20–23a menjadi seperti pelita kecil yang menyala di tengah malam gelap.nYesus berkata kepada para murid-Nya: "Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita." Kalimat ini menggambarkan realitas yang sangat manusiawi—bahwa penderitaan adalah bagian dari perjalanan iman. Tapi lebih dari itu, Yesus menyampaikan satu kebenaran yang menggetarkan: dukacita tidak bersifat final.
Saya pribadi merasa bahwa janji Yesus ini tidak hanya ditujukan bagi para murid dua ribu tahun lalu, tetapi juga kepada kita hari ini—yang sering merasa tertinggal oleh dunia, yang merasa perjuangan iman tidak selalu dihargai, dan yang kadang bertanya, “Di mana Engkau, Tuhan, saat hidup terasa tak adil?” Namun justru dalam dukacita, Yesus sedang membentuk sesuatu. Ia memakai perumpamaan yang sangat dalam: seorang perempuan yang melahirkan. Sakitnya melahirkan nyata, bahkan bisa membahayakan nyawa. Tapi setelah itu, datanglah sukacita yang begitu besar, hingga rasa sakit itu pun terlupakan. Saya melihat ini sebagai simbol dari penderitaan yang produktif—penderitaan yang bukan tanpa arah, tetapi mengandung benih sukacita.
Itulah mengapa Yesus tidak berkata, “Aku akan mengganti dukacitamu dengan sukacita,” melainkan, “dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” Artinya, sumber air mata kita hari ini justru bisa menjadi sumber sukacita besok. Mungkin bukan karena masalah itu hilang, tapi karena kita dipulihkan, dikuatkan, dan diperjumpakan kembali dengan kasih-Nya yang nyata.
Dan yang paling menyentuh bagi saya adalah janji Yesus bahwa ketika kita mengalami sukacita dari-Nya, tidak seorang pun bisa merampasnya dari kita. Dunia bisa mengambil banyak hal: pekerjaan, orang yang kita cintai, kesehatan, bahkan kebebasan. Tapi sukacita yang datang dari perjumpaan dengan Yesus adalah mutlak dan tak tergoyahkan.Dalam hidup saya sendiri, saya belajar bahwa pertanyaan-pertanyaan terbesar—“Mengapa saya harus kehilangan? Mengapa doa belum dijawab? Mengapa saya harus menunggu?”—tidak selalu mendapat jawaban cepat. Tapi dalam hadirat Tuhan, pertanyaan-pertanyaan itu tidak perlu dijawab satu per satu. Ketika kita mengalami Dia secara pribadi, hati kita menemukan damai. Dan itu cukup. ohanes 16:20–23a bukan hanya catatan percakapan Yesus menjelang penderitaan-Nya. Ini adalah undangan untuk percaya bahwa setiap air mata yang jatuh tidak sia-sia. Bahwa dalam waktu Tuhan, air mata itu akan bertumbuh menjadi sukacita yang kekal.


Untuk Informasi Lain Bisa Baca dibawah Ini







