Dari Pelosok Desa ke Ruang Dosen: Jejak Panjang Anak Petani Menuju Gelar Doktor

Wilhelmina Mun

Dari Pelosok Desa ke Ruang Dosen: Jejak Panjang Anak Petani Menuju Gelar Doktor

   Saya ingin membagikan kisah tentang seorang yang telah menginspirasi saya secara mendalam seseorang yang tidak hanya berhasil menaklukkan tantangan hidup, tetapi juga terus berjalan dalam keyakinan kepada Tuhan. Namanya Fransiskus, anak pertama dari keluarga petani sederhana di sebuah kampung kecil bernama Gencor, di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kisah Fransiskus adalah kisah tentang keberanian dalam menghadapi hidup yang keras, dan keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka yang berharap kepada-Nya. Sejak kecil, Fransiskus telah belajar memikul beban dan tanggung jawab sebagai anak sulung. Ayahnya bukan hanya seorang petani, tetapi juga seorang pekerja harian yang setiap hari bekerja apa saja demi menghidupi keluarga. Sementara ibunya adalah sosok yang sabar dan penuh kasih, mengurus rumah tangga sambil sesekali membantu ke kebun.
Ketika harus berhenti sekolah di bangku SMA, Fransiskus tidak larut dalam penyesalan. Ia memilih untuk tinggal di kampung selama lima tahun dan bekerja keras. Setiap hari, ia membersihkan kebun, ikut pergi harian bersama ayahnya, memikul karung, mengangkut pasir, mengangkat batu, dan melakukan semua pekerjaan kasar yang bisa menghasilkan uang. Baginya, tidak ada pekerjaan yang hina selama dilakukan dengan jujur dan demi kebaikan keluarga. Meski tubuh lelah, jiwanya tetap menyala. Dalam hati kecilnya, Fransiskus percaya bahwa Tuhan punya rencana lebih besar. Ia tetap berdoa, percaya bahwa suatu hari nanti ia akan kuliah dan mengubah hidup. Seperti yang tertulis dalam Markus 9:23, "Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya."
Tahun 2006, Fransiskus memberanikan diri merantau ke Kalimantan. Awalnya ia kembali menjadi pekerja harian, kemudian bekerja di bangunan, cuci mobil, dan toko bahan bangunan. Semua pekerjaan ia jalani dengan semangat dan tanggung jawab. Kemudian ia mendapat pekerjaan yang lebih tetap sebagai sopir di perusahaan tambang. Secara finansial, hidupnya mulai membaik.Namun di balik itu semua, ia masih membawa beban mimpi yang belum selesai: ia ingin kuliah hingga Tahun 2011, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan tambang dan mulai kuliah sambil bekerja. Namun cobaan datang lagi. Saat berada di semester tujuh, kampus tempat ia belajar tiba-tiba tutup. Kekecewaan itu sangat dalam. Fransiskus merasa mimpinya kembali hancur. Tapi ia tidak tinggal dalam kesedihan terlalu lama. Ia kembali menengadah ke langit dan berdoa, percaya akan janji Tuhan dalam Yeremia 29:11, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan."
Tahun 2014, Fransiskus memutuskan untuk merantau ke Surabaya, sendirian, tanpa kenalan, tanpa jaminan. Hanya satu yang ia bawa: iman dan harapan. Ia mendaftar di Universitas PGRI Adibuana Surabaya dan kembali kuliah sambil bekerja. Di kota besar ini, ia menjalani kehidupan yang sangat berat. Ia bekerja sebagai sopir toko, kadang mengantar barang, bahkan membawa taksi dan mengangkut barang di malam hari sebagai pekerja bongkar muat. Ia memanfaatkan setiap detik waktunya untuk belajar dan bekerja.
Di tengah kesibukannya, Fransiskus tetap aktif di lingkungan kampus. Ia mendirikan UKM Bela Diri Tarung Derajat, karena ia juga memiliki ketertarikan dan keterampilan dalam bidang bela diri. Selain itu, ia juga bergabung dengan komunitas-komunitas lain yang mendukung pengembangan diri dan pelayanan sosial. Baginya, waktu adalah anugerah yang harus diisi dengan hal-hal bermanfaat.
Fransiskus sadar bahwa kekuatannya tidak berasal dari dirinya sendiri. Dalam setiap langkah, ia mengandalkan Tuhan Yesus. Ia percaya bahwa semua ini bisa terjadi karena kebaikan Tuhan semata. Ia sering mengulang dalam doanya ayat dari Mazmur 37:5, "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak!" Tahun 2018, Fransiskus berhasil lulus tepat waktu dari kampusnya. Itu adalah buah dari perjuangan panjang, doa tanpa henti, dan kerja keras yang tidak mengenal lelah. Setelah itu, ia kembali ke Kalimantan untuk bekerja dan menabung agar bisa melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi.
Tahun 2020, Fransiskus memulai studi S2 di Universitas Negeri Malang dan lulus dengan predikat cumlaude pada tahun 2022. Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa pascasarjana, ia tetap aktif berbagi, membantu, dan menjadi penguat bagi teman-temannya. Ia tak pernah lupa dari mana ia berasal, dan ke mana Tuhan memanggilnya dan setelah lulus ia diterima sebagai dosen di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dan juga sebagai dosen luar biasa di Universitas PGRI Surabaya. Di luar tugas mengajarnya ia selalu aktif membantu anak-anak dari kampungnya dan dari Manggarai agar bisa mendapatkan beasiswa KIP Kuliah. Ia mendampingi mereka dalam proses pendaftaran, memberikan motivasi, bahkan ia pernah menampung mahasiswanya dikontrakan disurabaya. Yang paling membanggakan, adik-adiknya juga ikut termotivasi oleh perjuangannya. Meskipun harus kuliah sambil bekerja dan membiayai diri sendiri, kini mereka semua telah menyelesaikan pendidikan tinggi. Bahkan adik bungsunya berhasil mendapatkan beasiswa dan kuliah di kampus negeri. Fransiskus terus membuka pintu bagi anak-anak muda yang memiliki semangat untuk belajar, tanpa memandang latar belakang mereka. Ia percaya akan sabda Yesus dalam Matius 25:40, "Apa yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."
Tahun 2024, Fransiskus menerima kabar bahagia: ia diterima sebagai penerima Beasiswa LPDP untuk jenjang doktoral. Sebuah pencapaian luar biasa, yang bukan hanya buah dari kerja keras, tetapi juga penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya. Kisah Fransiskus adalah bukti nyata bahwa Tuhan tidak pernah menutup jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan tetap berharap. Jika hari ini kamu merasa hidupmu terlalu berat, terlalu jauh dari impianmu, ingatlah bahwa "tidak ada yang mustahil bagi Allah" (Lukas 1:37).
Bermimpilah meski kamu berasal dari kampung kecil. Berjuanglah meski harus kuliah sambil bekerja. Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan Ia melihat setiap tetes air mata dan setiap langkah kecil yang penuh harap. Seperti kata Yesus dalam Yohanes 16:33, "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."
Semoga kisah ini menjadi obor semangat bagi siapa pun yang sedang berjuang di tengah keterbatasan. Percayalah, seperti Fransiskus, kita semua bisa berhasil, asalkan tidak menyerah dan tetap percaya bahwa Tuhan selalu menyediakan jalan bagi mereka yang berharap kepada-Nya.

Penulis : Wihelmina Mun 

Fransiskus Sehadun