“Hidup Bukan Tentang Mudah, Tapi Tentang Bertahan” Kisah Perjuangan Sofia Asal Manggarai

PENDIDIKAN

Wilhelmina Mun

7/24/20254 min read

“Hidup Bukan Tentang Mudah, Tapi Tentang Bertahan” Kisah Perjuangan Sofia Asal Manggarai

Salah satu kisah seseorang Namanya Sofia Nanu, Ia hanya seorang perempuan muda dari kampung yang membawa harapan besar ke kota. Namun dalam kesederhanaannya, tersimpan kekuatan yang tak semua orang miliki: kesabaran yang dalam, ketekunan yang konsisten, dan hati yang penuh syukur. Setelah menyelesaikan SMA pada tahun 2017, Sofia memutuskan merantau ke Surabaya. Ia datang bukan dengan koper penuh, bukan dengan koneksi, dan bukan pula dengan fasilitas, tetapi dengan semangat yang besar untuk kuliah dan memperbaiki masa depan. Langkah pertamanya adalah mengikuti seleksi beasiswa di kota besar ini. Ia yakin bahwa beasiswa akan menjadi jembatan untuk mewujudkan impiannya. Namun, hidup tidak selalu memberi jalan lurus. Sofia gagal. Harapannya runtuh sejenak, namun tidak niatnya. Ia tetap percaya bahwa pendidikannya harus dilanjutkan, bagaimanapun caranya.
Setelah harapannya untuk mendapatkan beasiswa belum tercapai Ia kemudian mendaftarkan diri di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, salah satu kampus swasta bergengsi di kota itu, dan mengambil jurusan keperawatan. Ia mencoba bertahan di tengah segala keterbatasan. Namun biaya kuliah yang tinggi membuat langkahnya tertatih. Sofia akhirnya memutuskan berhenti pada semester 2 bukan karena menyerah, tetapi karena harus realistis. Di titik ini, ia kembali mencoba peruntungan lewat seleksi beasiswa lainnya. Lagi-lagi, hasilnya belum berpihak padanya. Namun Sofia tidak pernah menyalahkan keadaan. Ia sadar, Tuhan mungkin sedang mengajarkannya sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kesuksesan instan.
Untuk bertahan hidup di kota besar, Sofia bekerja di sebuah restoran sederhana di Surabaya. Awalnya hanya untuk menyambung hidup, tapi siapa sangka, di tempat itulah ia menemukan keluarga baru, kekuatan baru, bahkan jalan menuju mimpinya. Pemilik restoran tempatnya bekerja tidak hanya memberi pekerjaan, tapi juga perhatian dan bantuan yang tak ternilai. Mereka memahami Sofia bukan hanya sebagai karyawan, tetapi sebagai adik sendiri. Ketika Sofia kekurangan uang kuliah, mereka membantu. Saat Sofia tak mampu membayar kebutuhan pribadi, mereka hadir. Bahkan mereka tak sungkan membantu kebutuhan keluarganya di kampung. Gaji Sofia memang dipotong sebagian sebagai pengganti bantuan, tapi baginya itu bukan pemotongan—melainkan bentuk kepercayaan dan kebaikan hati yang tak bisa dibalas dengan uang.
Setahun lebih bekerja, Sofia belum juga mengubur impian kuliahnya. Ia tahu, pendidikan tetaplah jalan panjang menuju cita-cita. Dengan dukungan moral dan finansial yang cukup dari tempat kerjanya, ia kembali mencoba peruntungan untuk kuliah. Kali ini, ia memilih jurusan Administrasi Bisnis  di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, mengambil kelas malam agar tetap bisa bekerja di siang hari. Ia menjalani kehidupan yang berat tapi bermakna: bekerja melayani pelanggan dari pagi hingga sore, lalu bergegas ke kampus hingga malam, pulang dalam keadaan letih, tidur sebentar, lalu bangun lagi untuk mengulang semuanya. Rutinitas ini ia jalani selama bertahun-tahun tanpa banyak mengeluh. Sebab dalam setiap lelahnya, ada semangat yang menyala: untuk diri sendiri, untuk orang tua, dan untuk adiknya yang juga masih kuliah.
Perjuangan itu akhirnya berbuah manis. Pada tahun 2023, Sofia dinyatakan lulus tepat waktu, menyelesaikan masa studinya pada semester 8. Tidak ada pesta besar, tidak ada selebrasi yang mewah. Tapi di hatinya, Sofia merayakan satu hal: ia telah membuktikan bahwa ketulusan dan kesabaran tidak akan pernah sia-sia. Gelar sarjana yang ia raih bukan semata karena kerja kerasnya. Ia tahu betul, di balik setiap langkahnya, ada doa yang tidak pernah putus dari orang tua di kampung, yang setiap malam menyebut namanya dalam keheningan. Ada kakak yang tidak pernah lelah memberi semangat dan meyakinkannya untuk terus melanjutkan perjuangan. Ada pengorbanan orang-orang tercinta yang menjadi bahan bakar dalam langkahnya.
Sofia sangat menyadari bahwa apa yang ia capai hari ini bukan hanya hasil dari dirinya sendiri. Ia sering merasa kecil dan lemah, tetapi ketika mengingat orang tua dan kakaknya, ada kekuatan yang kembali mengalir dalam darahnya. Ia bersyukur, di saat-saat terberat sekalipun, ia selalu punya tempat bersandar. Tak jarang, ia harus meminta bantuan kepada orang tuanya di kampung, walau mereka sendiri hidup sederhana. Tapi yang mengejutkannya, orang tuanya tidak pernah mengeluh. Mereka justru selalu berkata, “Teruslah berjuang, Nak. Jangan pikirkan kami di sini.” Kata-kata itulah yang menjadi kompas hidupnya. Bahkan saat ia hanya punya sedikit uang untuk makan, saat tubuhnya lelah bekerja dan belajar, ia tetap melangkah. Karena ia tahu, masa depan bukan tentang siapa yang paling cepat sukses, tapi siapa yang paling setia pada prosesnya.
Setelah lulus kuliah, Sofia masih tetap bekerja di restoran yang sama. Ia tidak merasa rendah diri karena belum mendapat pekerjaan di kantor atau instansi yang sesuai dengan jurusannya. Justru ia merasa bersyukur karena masih bisa bekerja di tempat yang memberinya arti. Ia sadar, adiknya masih membutuhkan biaya pendidikan. Maka ia memilih untuk menunda karier impiannya, demi memastikan adiknya bisa melanjutkan kuliah hingga selesai. Di mata banyak orang, ini mungkin bukan langkah strategis. Tapi di mata Sofia, ini adalah bentuk cinta paling nyata yang bisa ia lakukan untuk keluarga.
Ia hidup dengan sederhana. Tidak memiliki banyak barang mahal, tidak mengejar popularitas, tidak sibuk membandingkan hidupnya dengan orang lain. Ia justru merasa cukup dengan apa yang dimiliki, karena ia dikelilingi oleh orang-orang yang tulus, yang mau membantu tanpa pamrih, dan yang selalu mendoakan dari jauh. Dalam setiap malamnya, ia selalu menyelipkan satu doa: semoga Tuhan membalas semua orang yang pernah membantunya, entah dalam bentuk uang, nasihat, atau sekadar pelukan hangat. Ia percaya bahwa Tuhan selalu melihat hati, dan Ia tidak pernah lupa membalas setiap kebaikan.
Kini, Sofia Nanu menjadi inspirasi bagi siapa saja yang mengenalnya. Bukan karena ia memiliki jabatan tinggi, bukan karena prestasi akademik yang luar biasa, tetapi karena perjuangannya yang sunyi namun kuat. Ia tidak banyak bicara tentang dirinya, tapi tindakannya mencerminkan nilai-nilai yang tak bisa dipalsukan: integritas, kesetiaan, pengorbanan, dan rasa syukur. Bagi Sofia, hidup bukan soal mencapai puncak tertinggi secepat mungkin. Hidup adalah tentang menapaki setiap anak tangga dengan tenang, bersyukur untuk setiap batu yang menyakitkan kaki, dan tetap melangkah sambil membawa nama orang tua dalam setiap doa. Ia percaya, masa depan memang ada di tangan Tuhan, tetapi kesediaan untuk tetap berjalan di tengah badai adalah bagian dari iman itu sendiri. Dan Sofia, dalam ketenangannya, telah menjadi bukti nyata bahwa ketulusan, pengorbanan, dan cinta kepada keluarga adalah fondasi paling kokoh untuk membangun masa depan yang indah. Ia belum sampai di akhir perjuangannya, tapi ia sudah melampaui banyak hal yang tidak semua orang mampu hadapi

Wihelmina Mun

Editor