Semangat Santo Daniel dan Kawan-Kawan: ditengah ketidakpastian Hukum
BACAAN DAN RENUNGAN HARIAN KATOLIK
Fransiskus Sehadun
10/10/20252 min read


Kisah Santo Daniel dan para sahabatnya adalah kisah keberanian yang melampaui rasa takut manusia biasa. Mereka hidup di masa yang penuh kegelapan, ketika iman dan kemanusiaan diuji dengan kekerasan dan kebencian. Di tengah ancaman maut, mereka memilih berdiri teguh, bukan demi kemuliaan diri, tetapi demi kebenaran dan kasih. Daniel dan kawan-kawan tahu bahwa mempertahankan iman dan nurani sering berarti menanggung penderitaan yang luar biasa. Namun, mereka tidak gentar. Dalam darah dan air mata mereka, dunia melihat pancaran keberanian yang murni sebuah keberanian yang lahir dari cinta pada kebenaran dan keadilan.
Kisah suci ini sesungguhnya bukan sekadar cerita dari masa lalu, melainkan cermin yang menyingkap kondisi bangsa kita hari ini. Indonesia memang tidak sedang berperang secara fisik, tetapi sedang berjuang melawan penyakit moral yang diam-diam menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa. Kita menyaksikan bagaimana hukum sering menjadi alat kekuasaan, bukan alat keadilan. Hukum yang seharusnya melindungi rakyat kecil justru menjerat mereka dengan mudah, sementara para pelaku korupsi yang merampas uang rakyat sering mendapat perlakuan istimewa. Kita seperti hidup dalam dunia terbalik, di mana kebenaran bisa dikalahkan oleh uang, dan keadilan bisa dibeli oleh jabatan.
Tidak hanya itu, kita juga menyaksikan aparat yang seharusnya menjadi pelindung rakyat, sering kali keluar dari ranah tugasnya. Alih-alih menjaga keamanan dan ketertiban, Namu nada sebagaian kecil dari mereka justru menindas masyarakat kecil, memperlakukan rakyat seperti musuh, bukan warga yang harus dilindungi. Lebih tragis lagi, kekerasan dan penyalahgunaan kekuasaan bahkan terjadi di dalam tubuh mereka sendiri. Kasus Sambo yang menembak anak buahnya, atau Prada Luky yang disiksa para seniornya hingga meninggal dunia, tentunya ini menjadi cermin betapa mudahnya kekuasaan disalahgunakan tanpa ada kejelasan hukum yang pasti. Ketika aparat yang seharusnya menjadi penegak keadilan justru menjadi pelaku ketidakadilan, lalu kepada siapa rakyat bisa berharap?
Pertanyaan ini seharusnya menggugah hati kita semua. Kita tidak bisa terus menggantungkan harapan kepada sistem yang pincang. Sudah saatnya rakyat sendiri memiliki kesadaran moral dan keberanian untuk menegakkan kebenaran. Semangat Santo Daniel dan kawan-kawan mengajarkan bahwa keberanian sejati tidak lahir dari kekuasaan atau jumlah, melainkan dari hati yang percaya pada nilai-nilai kemanusiaan. Mereka berdiri tegak bukan karena mereka kuat, tetapi karena mereka yakin bahwa diam di hadapan ketidakadilan adalah bentuk lain dari pengkhianatan terhadap nurani. Dalam konteks ini, kita semua dipanggil untuk memiliki keberanian yang sama-berani melawan korupsi meski sendirian, berani membela yang lemah meski tidak populer, dan berani berkata benar meski diancam. Kita tidak harus menjadi martir untuk meniru Santo Daniel dan kawan-kawan, tetapi kita bisa menjadi pembawa cahaya kecil di lingkungan masing-masing. Keberanian sipil, kepedulian sosial, dan kesetiaan pada nilai kebenaran.
Bangsa ini akan benar-benar maju bukan karena kekayaan alamnya, melainkan karena keberanian moral rakyatnya. Setiap dari kita perlu menumbuhkan kesadaran bahwa masalah bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab moral seluruh warga. Ketika kita melihat ketidakadilan, jangan berkata “itu bukan urusanku,” sebab ketidakpedulian adalah pupuk bagi kejahatan. Kita harus mulai menganggap setiap penderitaan sesama sebagai bagian dari penderitaan kita sendiri, setiap ketidakadilan sebagai luka bangsa yang harus disembuhkan bersama.
Santo Daniel dan kawan-kawan telah menunjukkan bahwa kebenaran memang bisa disakiti, tetapi tidak bisa dikalahkan. Api semangat mereka seharusnya menjadi nyala dalam hati kita- nyala yang membuat kita tidak takut memperjuangkan keadilan, meski kecil dan sendirian. Indonesia hari ini butuh lebih banyak hati yang menyala seperti itu: hati yang berani mencintai, berani membela kebenaran, dan berani menolak penindasan.
Selama masih ada orang yang berani bersuara bagi kebenaran, selama masih ada hati yang menolak tunduk pada ketidakadilan, maka selalu ada harapan bagi bangsa ini. Sebab seperti yang ditunjukkan Santo Daniel dan para sahabatnya, keberanian moral adalah bentuk tertinggi dari iman dan cinta kasih.
Penulis Fransiskus Sehadun
Cerminan Semangat Santo Daniel, dkk: ditengah ketidakpastian Hukum
Info Terbaru


Untuk Informasi Lain Bisa Baca dibawah Ini







